IBNU SINA
Nama asli beliau adalah Abu Ali Husain Ibnu Abdillah Ibnu Sina yang lahir di Afsyana, dekat Bukhora, tahun 980 M. Beliau memiki orang tua yang berkedudukan tinggi di Dinasti Samani. Beliau meninggal di Isfahan tahun 1037 M.
BUAH PEMIKIRAN IBNU SINA
- FILSAFAT JIWA
Ibnu Sina membagi jiwa dalam tiga bagian :
1)Â Â Â Â Â Jiwa tumbuhan yang memiliki daya : makan, tubuh dan berkembang biak.
2)Â Â Â Â Â Jiwa binatang yang memiliki daya: gerak, menangkap dengan panca indra dan indra dalam.
3)Â Â Â Â Â Jiwa manusia yang memiliki daya: praktis, yang berhubungan dengan badan dan yang teoritis yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Dan daya teoritis ini memiliki beberapa tingkatan:
- Akal materil yaitu yang memiliki potensi berfikir dan belum dilatih sedikitpun.
- Akal dalam pembiasan yaitu yang telah mulai dilatih bberfikir yang abstrak.
- Akal aktual yaitu yang telah berfikir tentang hal-hal abstrak
- Akal mustafad yaitu akal yang telah sanggup berfikir tentang hal-hal abstrak tanpa ada daya upaya..
Seseorang bergantung kepada jiwanya. Ia akan bersifat dengan jiwa tumbuhan, binatang atau berjiwa manusia.. Jika jiwa binatang dan tumbuh-tumbuhan yang berkuasa pada dirinya, maka orang itu dapat menyerupai binatang. Jika jiwa manusia yang berkuasa pada dirinya, maka orang itu dekat menyerupai malaikat dan dekat kesempurnaan.
- FILSAFAT WAHYU
Menurut beliau adalah akal materil yaitu akal yang paling rendah namun adakalanya Tuhan memberikan anugrah kepada manusia akal materi yang begitu kuat, yaitu yang disebut intuisi (ilham). Daya yang serupa dengan akal materil ini begitu kuat dan besar sehingga tanpa melalui latihan dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan. Akal yang ini mempunyai daya suci dan akal tertinggi yang hanya diperoleh Nabi dan Rosul..
- FILSAFAT WUJUD
Menurut beliau sifat wujud memiliki sifat kedudukan dari segala sifat yang lain., walaupun terhadap esensi (mahiyah) sendiri. Mahiyah dalam pandangan Ibnu sina adalah terdapat di dalam akal. Sedangkan wujud terdapat diluar akal. Wujudlah yang membuat tiap esensi yang di dalam akal mempunyai kenyatan di luar akal. Tanpa wujud esensi tidak besar artinya. Oleh sebab itu wujud lebih penting daripada esensi.
Kalau dikompromikan antara esensi dan wujud dapat mempunyai kombinasi berikut:
- Esensi yang tak mungkin berwujud disebut mumtani. Contoh: adanya sekarang ini.
- Esensi yang mumkin berwujud yang artinya boleh berwujud dan boleh juga tidak berwujud. Contohnya: alam ini akan hancur.
- Esensi yang wajib berwujud (wajibul wujub), yaitu Tuhan. Wajibul wujud inilah yang mewujudkan mumkinul wujud
Itu salah satu pemikiran Ibnu Sina silahkan anda kunjungi pemikiran filsafat lainnya di antaranya filsafat Al-Ghazali, Filsafat Ibnu Rusyd, Filisafat A-Farabi, Filsafat Al-Kindi
salammmm…!!!
trims banyak atas berbagai info dan wacana filsafat Islam’nya….ada sedikit masukan untuk konsumsi publik, kiranya perlu dibuat skema perjalanan sejarah Filsafat Islam…thax brow da’i kembar ( salam pencerahan )
Insya Allah lagi dalam proses